Kamis, 23 Desember 2021

MENDIDIK LEBIH MUDAH DI ERA DIGITAL

 Mempertahankan karakter di era digital


oleh 

Sosialina, S.Pd.I


        Guru merupakan profesi yang banyak diminati oleh generasi muda saat ini karena profesi guru selain memiliki konotasi mulia, juga merupakan profesi yang memudahkan sesorang untuk memperoleh kehidupan yang layak di zaman 4.0 ini. Mengapa demikian? karena kemerdekaan memperoleh pendidikan di segala pelosok Nusantara sudah terbuka, hingga pada tahun 2017 sampai sekarang banyak program Kementerian Pendidikan yang mengirim generasi muda untuk mengajar di daerah pelosok nusantara dengan beberapa program seperti guru garis depan (GGD), Indonesia Mengajar, 1000 guru, dan komunitas jendela. Program mengajar tersebut menghantarkan  generasi muda yang berlatar belakang alumni sebagai pendidik yang belum mendapatan kesempatan untuk mempraktikkan ilmu mereka dapat mengambil tempat dalam dunia pendidikan. Mereka mengikuti seleksi dari awal sampai mereka lulus dan bisa mengajar di daerah pelosok di Indonesia. Dengan program-program tersebut generasi muda yang memiliki inovasi baru dalam pendidikan juga dapat memperoleh penghasilan yang layak sebagai guru.

       Saat ini jika berbicara tentang pendidikan di pelosok nusantara, tidak terlepas dari ketersedian fasilitas internet dari pemerintah atau pihak swasta. Suatu daerah di pelosok manapun tidak akan tertinggal pendidikannya jika informasi sudah mulai masuk di daerah tersebut. Seperti yang saya rasakan saat ini, pendidikan berkembang begitu pesatnya karena di daerah saya Kabupaten Natuna sudah memiliki akses internet dari pemerintah dan pihak swasta. Sebagai seorang guru saya merasa perlunya keseimbangan kompetensi pendidik untuk membersamai kemajuan era digitalisasi dalam mengembangkan pendidikan saat ini.

        Pada saat pemerintah memberlakukan pelajaran online di akhir 2019 saya merasa agak ragu dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Saat itu saya hanya menggunakan media WA sebagai pengantar tugas untuk siswa dan siswa mengirim tugas ke saya. Di tahun 2020 saya baru mempelajari bagaimana membuat googleclass membuat daftar hadir, mengirim tugas dan meminta siswa mengirim tugas melalui link class. Cara ini tidak sesuai ekspektasi saya, karena tidak semua siswa punya android, dan tidak semua siswa paham googleclass akhirnya hanya saya membuat kebijakan bagi siswa yang tidak punya android mengambil tugas di sekolah berarti tugas luring. Pandemi belum juga berlalu saya sebagai guru mencari peluang untuk belajar meningkatkan kompetensi diri untuk menyikapi pendidikan era digitalisasi dengan cara belajar membuat media mengajar online dengan cara amati, tambah-tambahi dan modifikasi (ATM) berikut adalah link video mengajar yang pernah saya buat. https://drive.google.com/file/d/1PRyR3OLz95iZ74l0Raz2YkVimbtKqEQB/view?usp=sharing

        Setelah dua tahun melakukan proses belajar mengajar online, ternyata ada yang berdampak positif dan negatif dalam dunia pendidikan, khususnya di sekolah tempat saya mengajar. Di minggu ke dua Oktober 2021 kami melakukan pembelajaran tatap muka terbatas dengan cara membagi siswa menjadi dia shif jadwal belajar sehingga di temukan kelas yang siswa hadir hanya 70% dalam satu kelas. Masalah ini terjadi karena kurang paham orang tua untuk mengawasi anak selama belajar online yang dilakukan beberapa waktu yang lalu sehingga anak-anak kecanduan game online yang mereka tidak sadar sampai dini hari mengakibatkan tidak bisa bangun pagi untuk pergi ke sekolah. Sangat disayangkan sebagai orang tua ada juga yang mengeluh kepada guru bahwa mereka tidak mampu lagi untuk mengontrol anak-anak mereka menggunakan android. Akibatnya guru yang ada di sekolah juga melihat ada perubahan karakter anak dalam bergaul kepada teman mereka di kelas dan sikap menghormati terhap guru juga mengalami degradsi moral.

      Menanggapi masalah di atas sebagai guru saya berpikir bahwa kemajuan digitalisasi perlu keseimbangan antara kemampuan menggunakannya dan pemahaman bagaimana pemanfaatannya pada hal yang positif. Saya sebagai walikelas, merasa siwa yang saya bimbing adalah anak saya di sekolah dan membuat rindu ketika lama tidak menyapa mereka. Untuk menanamkan karakter anak agar menghormati orang tua, saya mengirim pesan berupa nasehat sederhana via WA dan kadang mengirimkan mereka link tulisan saya agar mereka membaca dan memberi komentar. seperti contoh berikut ini.

 



        Menamkan karakter sepertinya mudah namun ada hambatan yang membuat kesulitan yaitu dunia milenial sekarang ini menciptakan generasi milineal pula. Langkah awal yang harus dipahami adalah siswa sekarang pada zaman yang jauh berbeda dari tahun sembilan puluhan. Generasi sembilan puluhan mengecap pendidikan pola peningkatan  iman dan takwa (IMTAK) selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknilogi (IPTEK) sedangkan generasi milenial tahun duaribuan pendidikan pola merdeka belajar dengan dipengaruhi digitalisasi. Tujuan dari merdeka belajar sangat bagus diharapkan dimana saja siswa berada, mereka bisa mengakses pelajaran melalui android yang ada ditangan mereka. Namun sangat disayangkan ternyata keinginan atau harapan pemerintah tidak seindah apa yang terjadi didunia nyata. Disebabkan siswa kurang cakep berdigital maka berdampak pada pengaruh negatif yang menarik meraka melalui game online dan situs porno. Malah ini membuat para orang tua mengeluh karena anak mereka tidak bisa diatur atau tidak menerima atau mendengar arahan mereka di rumah. Dengan benturan masalah itu para orang tua meminta guru untuk mampu mendidik anak mereka agar mendengar nasehat mereka di rumah. Sebagai guru sudah seharusnya kita meningkatkan kompetensi digitalisasi agar mampu membersamai siswa dan memberikan penanaman karakter kepada mereka jangan sampai guru kehilangan pamor disebabkan oleh ketidak pahaman di bidang digital.

 

Ilmu pengetahuan mengikuti perkembangan zaman perhatikan nasehat  Umar bin Khathab Ra berkata :

 عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ فَإِنّهُمْ سَيَعِيْشُ فِى زَمَانِهِمْ غَيْرَ زَمَانِكُمْ فَإِنَّهُمْ خَلَقَ لِزَمَانِهِمْ وَنحَنْ ُخَلَقْنَا لِزَمَانِنَا

 Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”

         Nasehat ini mengarahkan kita sebagai guru dan orang tua hendaknya memahamai zaman dan pola tingkah anak yang berekambang pada zamannya. Seperti kita ketahui bersama, perkembangan dunia digital sekarang ini banyak berdampak pada anak karena perkembangan informasi dan komunkasi secara terbuka. Siswa lebih berminat dengan hal-hal kekinian padahal hal-hal lama pun belum mereka ketahui. Terjadinya pikiran dermikian karena pengaruh digital di era 4.0. Siswa banyak mengakses informasi dari dunia maya, yang seharusnya dibimbing dan diawasi oleh orangtua. Usia siswa belum bisa memfilter informasi yang baik bagi mereka dan berdampak negatif untuk mereka. Sehingga, ini menjadi tantangan bagi guru dalam menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. Terlalu banyaknya pengaruh yang menarik di dunia digital menjadikan materi ajar yang diberikan oleh guru tidak tanpak menarik. Apatah lagi untuk menanamkan karakter kepada siswa, mereka merasa bosan jika dinasehati melalui ceramah di kelas. Oleh karena itu, sebagai guru masalah karakter ini adalah tujuan pertama dalam pendidikan. Tercapainya suatu pendidikan akan nampak pada perubahan karakter anak pada hal yang lebih baik. Guru harus bisa mengajar dan mendidik anak melianial menjadi generasi yang cakep digital, terdepan dengan akhlak mulia. 

Untuk mempertahankan karakter siswa di era digital, di tahun 2022 saya berencana akan membuat komunitas membuat konten positif (KOMEKONPOS) di sekolah. hal pertama yang akan saya lakukan adalah: 

    1. Mengajak dan menyeleksi siswa yang sungguh-sungguh bisa bergerak membuat konten positif.
    2. Membuat kepengurusan KOMEKONPOS.
    3. Membuat program publikasi konten.
    4. Mengajarkan cara menulis dan membuat video positif bertema karakter positif.
    5. Mengevaluasi kegiatan KOMEKONPOS.

Demikian rencana dan upaya yang akan saya lakukan untuk menanggulangi masalah degradasi moral yang terjadi pada siswa yang saya didik di sekolah tempat saya mengajar. Semoga Allah SWT memudahkan rencana saya. Semangat mendidik untuk menyelamatkan anak bangsa.




 


Membuat Cover Buku yang Menarik

 PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI Resum e   Pertemuan       :  27 Kelas               : Gel. 23 Materi              : Membuat Cover ...